Belum Ada Judul
Gadis itu berjalan
gontai menuju kelas paling ujung di salah satu koridor sebuah sekolah ternama
di kota itu. Kelas paling ujung itu adalah kelas 12 IPA 3, Ia tampak enggan melangkahkan kakinya menuju
kelas tersebut, sejenak ia menghela nafas panjang lalu membuka pintu kelas
tersebut. Belum selangkah ia masuk ke
dalam kelas ‘Brugh!!’. Seseorang menabraknya, hingga Ia jatuh terduduk, seorang
anak laki-laki bertubuh tinggi, berambut cepak, serta mata coklat yang terlihat
dingin. Anak laki laki itu mengulurkan tangannya pada gadis itu, bermaksud
untuk membantunya bangun. Namun uluran tangannya langsung ditepis oleh gadis
itu. Gadis itu segera bangkit dari duduknya, wajahnya sudah mulai memerah
karena malu.
“Nggak usah sok bantuin aku!” Ujar gadis itu
ketus, anak laki laki itu hanya tersenyum pada gadis itu.
“Nggak usah
senyum senyum deh, Aku bilangin sama kamu ya, lain kali kalau jalan pake mata!”
bentak gadis itu
“ Vania, Vania.
Kamu belajar bego dimana sih ?, dari dulu yang namanya jalan ya pake kaki,
bukannya pake mata, mata tuh buat lihat jalannya.” Ujar anak laki laki itu dengan nada mengejek.
“ Ya ya ya, aku
kan belajar bego dari kamu !” Ujar gadis
itu tak mau kalah.
“ Kalo gitu,
kayaknya kamu harus belajar lebih giat lagi, muridku tersayang !.” Ucap
anak itu sambil menepuk dahi Vania. Vania hanya diam, ia tak bisa membalas kata
katanya lagi. Anak itu kemudian pergi begitu saja meninggalkan Vania dengan
wajah merah penuh amarah.
“REVAAAAAAN………………!!!!!”
Yup, nama anak laki laki tadi adalah Revan, Ia
adalah ketua kelas 12 IPA 3, Ia adalah siswa yang aktif di organisasi, seperti
OSIS, PMR, PRAMUKA, dan lain sebagainya, Ia juga sering di minta untuk menjadi
panitia pada even-even di sekolah, dan bukan cuma itu saja, Ia memiliki segudang
prestasi akademik, seperti juara 2 OLYMPIADE SAINS tingkat provinsi, juara
harapan 1 dalam KARYA ILMIAH REMAJA tingkat kota, dan masih banyak lagi. Sedangkan gadis itu adalah Vania, Ia memang
tidak se-pandai Revan, tapi kalau masalah olahraga Ia jagonya, tahun ini Ia di
tunjuk untuk menjadi ketua tim Basket putri di sekolahnya, sebelumnya Ia juga
pernah menjabat sebagai wakil ketua tim Soft Ball SMA Airlangga ini ( oh ya
sampai lupa, nama sekolah tempat mereka belajar ini adalah SMA Airlangga, keren
kan ?! hehehe ^_^). Vania berkali-kali mengikuti kejuaraan nasional, dan
walaupun bukan juara satu, tapi setidak-nya Ia dan timnya selalu bisa membawa
piala untuk SMA Airlangga. 2 kepribadian yang berbeda ini awalnya di pertemukan
dengan status sahabat, mereka berdua sudah menjadi sahabat sejak kelas 4 SD,
namun karena sebuah kesalahpahaman, mereka pun berubah, dari sahabat yang amat
dekat, menjadi musuh abadi yang mungkin akan kekal.