SEBUAH
JANJI
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilm9Ao2PSUXe6LBJmIoZrEQbHJkuO8ILtfe1yr6XFjIbYR3z2H0KmmHaXNlguheuI6KcEw-KdC2V8HSh3-fhVc25rdSUKbAZ4KLPPWi_igdEoPdxmIhgYtp6_0W1Nz6UyozL6MPJ_LtAQ/s320/promise.jpg)
“Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita
disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah
padahal hati kecilnya menangis…”
Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi.Fandra
harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel
berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak….
Buku-buku yang dibawa Fandra jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari
kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.
“Sial!
Lari nggak pakek mata apa ya...” gerutu Fandra dalam hati. Dengan wajah masam
ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Fandra
merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.
“Kasian banget.
Bukunya jatuh semua ya?” cemooh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Fandra
berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemohnya
itu . Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu
berantakan. Sumpah! Fandra benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Fandra
tidak akan_perlu dipertegas TIDAK AKAN _bersikap baik sama cowok yang ada di
hadapannya ini. Fandra melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan
cowok itu.
Cowok tinggi
itu mengernyitkan alisnya. Dan kembali termenung karena
cewek di depannya tidak menanggapi pertanyaannya barusan. Biasanya kalau Fandra
terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai
sebelum seseorang datang melerai mereka berdua.
Teeeett… Bel
tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring. “Pengen sih bantu temen gue
yang jelek ini. Tapi gimana ya udah keburu bel duluan. Jadi sori nggak bisa
bantu.” ucap cowok itu sambil menekan kata jelek pada kalimat yang ia ucapkan.
Cowok itu masih menunggu reaksi cewek yang ada di
depannya. Tapi yang ditunggu tidak terjadi. “Lo berubah.” gumam cowok itu
lalu berbalik masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Fandra
yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan
semangat 45 Fandra mulai mengayunkan kaki kanannya ke arah kaki kiri cowok
tersebut dengan keras.
“Adooooww” pekik cowok
tersebut sambil menggerang kesakitan.
“Makan tuh sakit!!” ejek Fandra
sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan
gimana sakitnya tuh kaki. Secara Fandra pakek kekuatan yang super duper keras.
Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi kurus tersebut.
“Fandra….”
Fandra menoleh untuk
melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Amel teman baiknya
sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Fandra membalikkan badannya
berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya.
Fandra emang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih
celingak-celinguk mencari motor, Amel malah menjitak kepalanya dari belakang.
“Woe non, budeg ya?
Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya
sendiri.” ucap Amel dengan bibir monyong. Ciri khas cewek putih tersebut kalo
lagi ngambek.
“Sori deh Mel. Gue lagi bad
mood, pengen cepet pulang.”
“Bad mood? Jelas-jelas
lo tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok ampe tuh cowok permisi
pulang, nggak minta maaf lagi.” jelas Amel panjang lebar.
“Hah? Sampe segitunya?
Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya?” Fandra benar-benar nggak
nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya
dalam hati.
“Nendang sih nendang
tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Adit lho.”
“Enak aja. Orang dia
yang mulai duluan.” bantah Fandra membela diri.
Sejenak Amel terdiam,
lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu
berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP. Dulu banget. ” ujar Amel
polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. “Lagi pula gue udah
bisa nerima kalo Adit nggak suka sama gue.”
“Au ah elap!”
Bel pulang berbunyi
nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak
menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Fandra
sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Amel masih berkutat pada buku
catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.
“Makanya kalo nulis jangan
kayak kura-kura.” Dengan gemas Fandra menjitak kepala Amel. “Duluan ya, Mel.
Disuruh nyokap pulang cepet nih!” Amel hanya mendengus lalu kembali sibuk
dengan catatanya.
Saat Fandra membuka pintu
kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar. “Eh, sori..”
ucap Fandra kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Fandra
langsung ngasi tampang jutek kepada orang itu. “Ngapaen lo kesini? Masih sakit
kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemaren pulang cepet? Hah? Jadi cowok
kok banci baget!!!”
Jujur Adit udah bosen kayak
gini terus sama Fandra. Dia pengen hubungannya dengan Fandra bisa kembali
seperti dulu. “Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Amel.” ucap
Adit dingin sambil celingak celinguk mencari Amel. “Hey Mel!” ucap Adit riang
begitu orang yang dicarinya nongol.
“Hey juga. Jadi nih
sekarang?” Amel sejenak melirik Fandra. Lalu dilihatnya Adit mengangguk
bertanda mengiyakan. “Fan, kita duluan ya,” ujar Amel singkat.
Fandra hanya benggong lalu
dengan cepat mengangguk. Dipandangi Amel dan Adit yang kian jauh. Entah kenapa,
perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di
suatu organ tubuhnya. Biasanya Adit selalu mencari masalah dengannya. Namun
kini berbeda. Adit tidak menggodanya dengan cemohan atau ejekan khasnya. Adit
juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang
pergi dari dirinya.
Byuuurr.. Fanta rasa
stowberry menggalir deras dari rambut Fandra hingga menetes ke kemeja putihnya.
Fandra nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam
terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.
“Maksud lo apa?”
bentak Fandra menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.
“Belum kapok di guyur
kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Fandra. “Tha, mana
fanta jeruk yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak
rambut Fandra. Thata langsung memberi satu botol fanta jeruk yang sudah
terbuka.
“Lo mau gue siram
lagi?” tanya cewek itu lagi.
”Halo??!! Nggak usah ditanya
pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria
dengan fanta stroberry atau pun jeruk? “Teriak Fandra dalam hati. Ia tau kalau
cewek di depannya ini bernama Vanessa. Vanessa terkenal seaentro sekolah karena
keganasannya dalam hal melabrak orang. Yah, dari pada ngelawan terus sekarat
masuk rumah sakit, mending Fandra diem aja. Ia juga tau kalo Vanessa satu kelas
dengan Adit. “Wait, wait.. Adit??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Dit, sampe gue tau lo biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!”
gumamnya dalam hati
“Gue rasa, gue nggak
ada masalah ama lo.” teriak Fandra sambil mendorong Vanessa. Fandra
benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. "Bodo amat gue masuk rumah sakit.
Yang jelas ni nenek lampir perlu dikasi pelajaran." Pikir Fandra. Kedua teman Vanessa, Thata dan Mayang dengan sigap
mencoba menahan Fandra. Tapi Fandra malah memberontak. “Buruan Van, ntar kita
ketahuan.” kata Mayang si cewek sawo mateng. Selang beberapa detik,
Vanessa kembali mengguyur Fandra dengan fanta jeruk. “Jauhin Adit. Gue tau lo
berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Adit. Tapi kenapa lo sekarang
nggak mau ngelepas Adit?!!”
“Maksud lo?” tanya Fandra heran. “Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada
apa-apa ama Adit. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma
berantem doang?!”
Plaakk..
Tamparan mulus mendarat di pipi Fandra. “Tapi lo seneng kan?” teriak
Vanessa tepat disebelah telinga Fandra. Kesabaran Fandra akhirnya sampai di level
terbawah.
Buuugg! Tonjokan Fandra
mengenai tepat di hidung Vanessa. Vanessa yang marah makin meledak. Perang dunia
pun tak terelakkan. Tiga banding satu. Jelas Fandra kalah. Tak perlu lama, Fandra
sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak,
pipinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.
“Beraninya cuma
keroyokan!” bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak
menoleh untuk melihat orang itu, Fandra juga ingin, tapi tertutup oleh Vanessa.
Dari suaranya Fandra sudah tau. Tapi Ia tidak tahu apa dia adalah orang yang ia pikirkan atau bukan.
“Pergi lo semua.
Sebelum gue laporin.” ujar cowok itu singkat. Samar-samar Fandra melihat geng
labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Fandra dan
membantunya untuk berdiri. “Lo nggak apa-apa kan, Fan?”
“Nggak apa-apa dari
hongkong!?”
Hujan rintik-rintik
mulai turun. Fandra dan Adit berada di ruang UKS. Fandra membaringkan diri
tempat tidur yang tersedia di UKS. Adit memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan
di sekitar pipi Fandra. Fandra lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga,
dia nggak bakalan mau tangan Adit nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena
terpaksa. Mau gimana lagi.
“Ntar lo pulang
gimana?” tanya Adit polos_yang bener sih belaga polos_.
“Nggak
gimana-mana. Pulang ya pulang.” jawab Fandra jutek. Rasanya Fandra makin benci
sama yang namanya Adit. Gara-gara Adit dirinya dilabrak mati-matian. Tapi kalau
Adit nggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.
“Tadi itu cewek
lo ya?” ucap Fandra dengan wajah jengkel.
“Bukan.”
“Trus kok dia
malah ngelabrak gue? nyuruh gue jauhin lo segala. Emang dia siapa? “ rutuk Fandra
kesal seribu kesal. "Eh! Kok gue ngomong kayak gue nggak mau jauh-jauh ama
Adit ya. Aduuuhh…" Benaknya
Adit sejenak tersenyum. “Dia tuh cewek yang gue
tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo” ucap Adit
sambil menunjuk Fandra.
Fandra diam. Dia nggak tau harus ngapain setelah
Adit menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. “Ntar bisa pulang sendiri kan?” tanya
Adit.
“Bisalah. Emang
lo mau nganter gue pulang?”
“Emang lo kira
gue udah lupa sama rumah lo? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus
lupain segala sesuatu tentang diri lo. Gue masih paham bener tentang lo.
Malah perasaan gue masih sama kayak dulu.” jelas Adit _sejelas-jelasnya_. Adit
pikir sekarang udah saatnya ngungkapin semua perasaannya.
“Lo ngomong kayak gitu
lagi, gue tonjok jidat lo!” ancam Fandra. "Nih orang emang sinting. Gue baru
kena musibah yang bikin kepala puyeng, malah dikasi obrolan yang bikin makin
puyeng." Pikirnya
“Perasaan gue masih
kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal lo tau, gue selalu cari gara-gara
ama lo itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau
apalah. Pas lo nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu,
kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa lo
malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin lo
berantem.” Sejenak Adit menarik nafas. “Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun
jawabannya gue terima.”
Hening sejenak diantara
mereka berdua. “Kayaknya gue pulang duluan deh.” Ucap Fandra sambil buru-buru
mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Fandra, selalu mengelak selalu menghindar
pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus apa. Dulu ia nolak Adit karena
Amel juga suka Adit. Tapi sekarang?
“Besok gue udah nggak sekolah
disini. Gue pindah sekolah.” Adit berbicara tepat saat Fandra sudah berada di
ambang pintu UKS.
Fandra diam tak ada satupun
kata yang keluar dari mulutnya. Dilangkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS.
Meninggalkan Adit yang termenung sendiri.
Kelas masih sepi. Hanya
ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Amel belum
datang. Fandra sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum
bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Fandra nggak bisa tidur.
Entah kenapa bayangan Adit selalu terbesit di benaknya. Apa benar Adit pindah
sekolah? Kenapa harus pindah?
"Peduli amat Adit mau pindah apa nggak," batin Fandra. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?” teriaknya tanpa sadar.
"Peduli amat Adit mau pindah apa nggak," batin Fandra. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?” teriaknya tanpa sadar.
“Mikirin Adit maksud lo?”
ucap Amel tiba-tiba udah ada disamping Fandra. “Nih hadiah dari pangeran lo.”
Dilihatnya Amel mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran
dengan cepat Fandra membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif
rainbow dengan foto Fandra dan Adit saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat
sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.
Dear Fandra,
Inget ga
pertama kali kita kenalan? Pas itu lo nangis gara-gara di hukum ama OSIS. Dalam
hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. kidding. Lo dulu
pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga lo seneng
sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi
saat ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue
bakal nunjukin ke lo gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat
waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga mau jadi pacar gue.
Sahabat mu
Adit
“Kenapa lo nggak
mau nerima dia? Gue tau lo suka Adit tapi lo nggak mau nyakitin gue.” sejenak
Amel tersenyum. “Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Adit. Dia
cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih.”
“Thanks Mel. Lo emang
sahabat gue.” ujar Fandra tulus. “Tapi gue tetap pada prinsip gue.”
Amel terlihat menerawang. “Jujur, waktu gue tau
Adit suka sama lo dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen
teriak sama semua orang, kenapa dunia nggak adil sama gue. Tapi seiring
berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang
terbaik untuk kita.” senyum kembali menghiasi wajah mungilnya. “Dan lo harus
janji sama gue kalo lo bakal jujur tentang persaan lo sama Adit. Janji?” lanjut
Amel sambil mengangkat jari kelingkingnya.
Ingin rasanya Fandra
menolak. Amel terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Amel belum
sepenuhnya melupakan Adit. Tapi Fandra juga tak ingin mengecewakan Amel.
Perlahan diangkatnya jari kelingkingnya.
“Janji..” gumam Fandra lirih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar